Pelita setidaknya punya cahaya walau dia bukan cahaya, hanya sesuatu
yang bisa membuat cahaya dan menerangi semua .... seperti dia ...
Setitik bintik terang itu menjadi jejak ketika gelap, dia ada dengan
secercah cahayanya, mencoba menerangi dan menemani hanya untuk
membersamai dan mengusir sunyi ....
Saat senja terus merayap dan menjadi kelam, sang rembulan tetap setia
diatas langit ditemani takhingga banyaknya gugusan bintang, jagat alam
nampak anggun dalam pesona sang malam, tapi atap dan tembok ini
menghalangi sinaran semesta menerangi ruang, maka pelita ada menerangi
satu ruang yang takterjangkau oleh rembulan dan bintang ....
Aku melihat sebuah siluet di kala senja. Ia tipis, datar, dimakan senja yang hanya dijatahi waktu sedikit setiap harinya. Senja tak seperti pagi yang cerah. Tak seperti siang yang garang. Tak seperti malam yang punya bulan. Bagiku senja seperti waktu, mungkin duduk menyaksikan matahari menghilang dari pandangan. Merenungi berjam-jam seharian, apakah ia bermanfaat atau hanya menyaksikan perjalanan waktu belaka.