:: Siluet Senja ::


Aku melihat sebuah siluet di kala senja. Ia tipis, datar, dimakan senja yang hanya dijatahi waktu sedikit setiap harinya. Senja tak seperti pagi yang cerah. Tak seperti siang yang garang. Tak seperti malam yang punya bulan.

Bagiku senja seperti waktu, mungkin duduk menyaksikan matahari menghilang dari pandangan. Merenungi berjam-jam seharian, apakah ia bermanfaat atau hanya menyaksikan perjalanan waktu belaka.

Hari ini, semua terlihat sama. Hiruk-pikuk, tegur sapa, tanya jawab, memesan dan menerima. Senja mencukupkan ruang bagiku untuk duduk, tak perlu di tepi pantai, cukup di teras rumah yang biasa-biasa saja tanpa teh, susu, kopi, tanpa minuman lain. Membiarkan semuanya lewat, sedang diri ini hanya terpaku, cukuplah aliran darah, detak jantung dan hela nafas yang berbicara.

Senja mencukupkan waktu bagiku untuk melihat ke belakang sembari bersiap menanti perjalanan setelahnya. Mungkin lelap, mungkin, lelah, mungkin akan insomnia, atau mungkin akan kembali sibuk. Tak apa.


Bukan jeda, karena sudah terlalu banyak jeda sepanjang hari ini. Jeda ke kamar mandi, jeda ke luar ruangan untuk batuk, jeda makan siang, jeda untuk mengecek jejarig sosial. Bagiku senja lebih tepat sebagai waktu tersendiri untuk menyibukkan diri menganga. Betapa peralihan yang sangat lembut ada pada senja. 


Lalu mengapa kau menaruh siluetmu pada senja? 


Tentu kau tak mau menjawab. Biarkan aku menjawabnya, meski itu belum tentu benar. Siluet yang selalu berwarna gelap adalah kesiapanmu menjamu malam. Kau merangkum secara keseluruhan perjalananmu sedari pagi. Lalu, siapkah kau menjamu malam dengan perjalananmu sedari pagi?


Malam tak pernah menuntut jamuan apa-apa. Hanya saja, misteri tak terduga akan terkuak di kala malam. Bagaimana kita menjadi pujangga seketika, melakukan pertemuan-pertemuan penting, menyanjung bulan dan bintang, menyebut "galau" sebagai kata yang sangat sastrawi, seolah-olah kesedihan adalah satu-satunya yang dimiliki kesusastraan.


Mungkin kita harus siap menjamu malam, agar ia tak berpikir dua kali mengungkap rahasia mengapa malam selalu menjadi milik kita yang setia memandangi langit, menjadikan langit sebagai tempat pertemuan rindu, menjadikan rindu semakin menggebu-gebu, dan menjadikan puisi begitu sibuk berdeklamasi saat itu.


Dan...


Siluet senja adalah keseluruhan waktumu sedari pagi yang begitu siap menyambut kedatangan malam. Membuat kejadian-kejadian tadi menjadi cerita beragam di waktu malam, untuk dibagi, untuk ditertawakan, untuk ditangisi, untuk dikatakan rahasia dengan pernyataan, "maaf ini rahasia", untuk menunggu doa-doa yang begitu kreatif diamini banyak orang.


Atau....


Untuk menunggu Tuhan begitu indah disebutkan.




Dedicated from Fadhli Amir

You Might Also Like

19 comments

  1. senja selalu punya cerita :D

    BalasHapus
  2. Kala senja menyapa mu.. aku tahu, ia pun ada untukku. Jika begitu, mari kita nikmati bersama, di tempat duduk kita masing-masing. Dalam ruang yang berbeda, dengan rasa yang sama.

    Haha.. #Apasih

    BalasHapus
  3. Diantara suasana langit, mungkin senja-lah yang romantis sendu-sendu gimanaaa gitu :)
    Komen Kang Aan diatas so touching, hahaha.. #salahfokus

    Suka pemaparannya, indaaaaaaah :)

    BalasHapus
  4. "Senja mencukupkan ruang bagiku untuk duduk, tak perlu di tepi pantai, cukup di teras rumah yang biasa-biasa saja tanpa teh, susu, kopi, tanpa minuman lain. Membiarkan semuanya lewat, sedang diri ini hanya terpaku, cukuplah aliran darah, detak jantung dan hela nafas yang berbicara"

    Sungguh, ungkapan kesederhanaan senja yang hebat.
    Semoga, kita bisa belajar dari sang senja. Mengisi kehidupan, sebelum senja itu sendiri yang datang menghampiri..

    Selamat Ulang Tahun kak Bonit.. #ehh??

    BalasHapus
  5. menanti jawaban dari sang senja....ehm, senja yang manis dan romantis

    BalasHapus
  6. hahahaha...sangat bangga tulisan saya diposting di sini

    BalasHapus
  7. nice post :)
    ditunggu kunjungan baliknya yaah ,

    BalasHapus
  8. Teh, ada award. Sudi kiranya diambil :)
    http://oroktumbilajadipamingpin.blogspot.com/2012/09/award-borongan-edisi-liebster-award.html

    BalasHapus
  9. Senja memang selalu indah, saya menikmati prosesx, awalx jingga... redup...dan akhirx gelap. Sebuah pertanda pergantian siang ke malam dan selalu ada cerita indah di saat senja ku nanti :)

    BalasHapus
  10. @Ima Nuraniyupp.. karena itu aku pencinta senja.. #eh.. :D

    BalasHapus
  11. @ansopiyacie cieee... versi galau neh'.. ckckckk... :D

    BalasHapus
  12. @Irma Devi Santikaeaaa... karena senja bikin suasana hati penuh warna,.. hihiiii...

    aplaus buat fadh yg udh buat senja mkin expresif,,. :D

    BalasHapus
  13. @Arya Poetraamiiinn.. semoga .. :D

    #met ultah juga Aryaa.. :P

    BalasHapus
  14. @Rima Auliammm.. manis dan romantis, kayak teteh maksud'a..?? Ha'haa..

    makasih Rima.. :D

    BalasHapus
  15. @BLACKBOXdan sayapun Bangga ada saya ditulisanmu Fadh'.. ^^

    BalasHapus
  16. @Nunuyeyeyee.. ada Nunu di ruang senja.. :D

    syukran. ^^

    BalasHapus

Makasih buat jejaknya... ^_^

Diberdayakan oleh Blogger.

Laporkan Penyalahgunaan

Halaman