LENTERA #4
Kita berbicara dalam lelah masing-masing. Yang akhirnya menyudutkan pada sensitifitas tinggi. Bukan salahku, juga bukan salahmu ketika kita merasa tidak bahagia dengan keadaan sekarang. Keinginan kita sama. Sama-sama ingin didengarkan, diberikan tanggapan dan yang pasti bukan dengan diam.
Sinar lampu kamar yang buram membuat runyam. Belum lagi teriakan-teriakan yang terdengar dari bocah-bocah yang berada disini mengunduh hati untuk gaduh. Sapaan dan pembicaraan kita tidak menemukan kesenangan. yang ada sesak, namun tidak harus mendesak. Selalu mencoba memprovokatori diri sendiri. Bahwa kondisi ini terjadi karena memang harus terjadi. Pada dasarnya skenario hidup sudah ditentukan bukan? Namun cobalah memahami sedikit saja, rindu ini terlalu menumpuk. Mengusirnya sedari tadi belum bisa.
Aktivitas yang mulai merebut waktu. Dan sungguh cemburu pada waktu yang selalu saja menyajikan kejadian yang menggiring hati pada tempo yang selalu meninggi. Sepertinya kali ini pengabaian tentang kita sedang memasuki tahapnya. Entahlah, menerka-nerka sudah tidak bisa lagi.
Terlalu berlebihan memang, aku menuntut perhatianmu sebenarnya, beberapa hari ini moodnya entah berkeliaran kemana. Kondisi tubuh yang mulai berteriak meminta haknya untuk rehat adalah awal kegundahan sekarang. Keterlaluan yang memusingkan, disaat kau sibuk dengan semuanya dan memang harus memprioritaskan yang disana, Aku mendulang gelagat yang tidak sehat.
Lentera...
Seandaianya masih sama, sebaiknya sudahi ketidaknyamanan ini.. Jeda yang terlalu lama ternyata menimbun kegelisahan. Berapakalipun kuberpikir, rasanya kali ini aku mendapati kesendirian yang lama. Disana selalu saja apik tergambar dengan jelas tentang dunia barumu yang hanya menghitung hari. Akan banyak kisah baru dari kegiatanmu sekarang. Dan jujur, percaya diriku perlahan terkikis... Tapi kasih sayang ini tidak pernah habis. Maaf... Mencintaimu adalah energi. Kesedihan sedalam apapun sepertinya hanya segenggam pasir untukku.
Hari itu sepertinya hari yang penuh tentang kita. membersamaimu dalam setiap lekuk perjalanan adalah hal yang membahagiakan. Lelahnya berganti dengan kesenangan seharian menemanimu untuk sekedar jalan-jalan. Ingatan tentang rautmu yang dipenuhi kekesalan akan satu hal adalah yang membuat turun naik perasaan saat itu. HHhhh... Ingin rasanya memperlakukanmu seperti anak kecil yang sulit dibujuk. Dan ketika senyuman sudah mulai merambah di wajahmu, saat itu lega dan selalu ingin menjaganya.
Kini, malam kian temaram.. Kedua mata inipun lelah dan sudah tidak bergairah. Lunglai dibadan sebenarnya sudah sedari tadi dirasakan. Namun, tak pernah sedetikpun tentangmu hilang dalam pikiran. Selagi masih bisa menatap, berpikir dan menarikan jemari pada tuts-tuts yang tak pernah protes ditekan terus menerus. Menuliskan tentang-mu adalah ibarat senandung yang menemani sebelum tidur
Semoga besok kita baik-baik saja, walaupun hati ini masih dipenuhi ketidakpastian... Night sayang...
0 comments
Makasih buat jejaknya... ^_^