Merindu Arunika

Dersik yang sedang bercengkarama dengan gerimis, meneduhkan sesaat ketika paras baswara itu lagi-lagi hadir secara nadir. Saat ini entah sedang apa dirimu, tapi ada keyakinan bahwa kita sedang sama-sama mengingat. Ada kehidupan pada setiap mahluk ciptaan Tuhan, pun termasuk kita.. Kenapa harus merasa seperti itu? HHHhh.. Sebegitunya kamu... Deras ini tidak hanya melalui mata, tapi seolah terjun bebas ke hati...

Dan saat ini dalam sebuah perjalanan, rindang si hijau seolah sedang meracau pada semesta. Argh! Kamu harus bahagia! Harus bahagia... Acuhlah pada kondisi, dimana kamu merasa ingin. Walaupun selama ini, tak banyak cerita yang kamu tumpahkan. Setidaknya lengkung bibirmu melebar, pertanda kamu peduli pada semuanya. Biarlah, yang menyapa angkuh, berprasangka buruk dan kerap mencibir itu semakin gaduh! Karena hatimu kuat!!! Yakin, bahwa kamu adalah sabitah yang pada waktunya akan dibutuhkan

Semua perkara persepsi. Adapun rasa malu itu, sebenarnya hadiah Tuhan yang indah. Takutlah ketika hati diselimuti pongah, meniadakan empati dan meninggikan ego. Takutlah, ketika tidak pernah merasa takut pada apa-apa, tidak pernah merasa malu tentang sesuatu.

Untukmu, yang menutupi setiap keadaan hatimu.. dan hanya bicara sekadar menagih sebuah permintaan yang terkadang memaksa kepala ini berdenyut. Jangan merasa tidak ada yang mengerti tentangmu. Jujur, ada sesal ketika kita tidak pernah lagi berpergian bersama, tapi hatiku menghargai apa yang menjadi pilihanmu, sebesar apapun rindu itu. Maaf ketika intonasi kataku meninggi, kadang menjadi depresi ketika inginkan tentang kebersamaan harus mengalah untuk mengunduh bahagia dimasa remajamu.

Oh ya, saat ini diluar mendung, kristal-kristal pun terjatuh dengan iramanya yang manis. Jingga pada langit memaksa decak kagumku. Namun, tetap saja merindu arunika menganga. Setidaknya paras baswaramu nyata pada netra... Dirimu kebanggaanku.......

Sudahlah, kita akan selalu baik-baik saja...

~untuk anak sulungku...

Bii...

#part1